Karya : Sulistyo, Wawan Gibran FA, Syarifah Laila Hayati, Eka Febrianti, San Ali Akan aku ceritakan kepada pagi Tentang hujan yang menampar wajah matahari Tentang pelangi yang berjanji akan datang menjelang senja nanti Akankah bibirmu akan tetap terkunci?
Karya : Yuanda Isha Lima sampan dan tujuh nelayan sudah didoakan Tetapi siapa yang bisa menerka Jika surut tiba nanti Lalu para lelaki itu tak bisa pulang dengan selamat
Karya : Ikha Djingga, Chumairoh, Angelina, Sekar Sinaring Ratrie, Wahyu Agustin, Mimi Marvill, Isranto Datu, Sufryadi Bunyamin Sebidang luka menyulam tabah Ranting-ranting kering mulai patah Musim kemarau tak jua jengah Menapaki jalan berdebu pada sepasang hati kelabu
Karya : Jon Blitar Hari ini, dulu Tubuh utuh dibanting peluh Dihunjam racun bertubi-tubi Deru-menyeru di mulut rahim Berjuang melawan mati di air tuba
Karya : JonBlitar Simpang jalan, di rumah nomor tiga belas, aku bermain darah di sela kaki yang darahnya adalah muara sindrom. Lalu, kujatuhkan lendir hingga menjuntai di hati yang membatu
Karya : Ikha Djingga Masih menari di pelupuk mata Sepasang tangan kokoh memanggulku dengan ledakan tawa khasnya Dan aku terguncang di atas bahunya Kisah sepanjang dermaga di pelabuhan borneo itu masih tergambar jelas di sudut kenangku
Karya : Srie Astuty Asdi Lepas dari kendali musim, bisik angin tak menentu Kadang terdengar Kadang diam Merapal doa-doa kemarau di sebalik tubuh hujan Seperti dirimu yang sesekali datang menyapa rindu Namun mengabaikan pesan cinta kekasih putih
Karya : Jon Blitar Putih adalah hitam yang menghitamkan putih menjadi abu-abu. Dan abu-abu adalah abu yang yang terhempas menjadi biru, serupa langit yang terus mengabdi kepada alam.
Karya : Jon Blitar Di sini Di bilik bui kutulis sebuah kisah pada sepasang mata kosong Pada selembar daun, bekas bungkus ganja kiriman dari kekasih Atau pada meja pengadilan, bekas aku divonis positif oleh BNN
Karya: Ikha Djingga Dan Jon Blitar Tak lagi kutemui, ilalang tempatku mengeram Di mana wangi bunga adalah jamuan napasku Di mana hijau daun adalah detak yang berdegup di jantungku Ia telah menghitam, segala arang menghunjam di tanahku yang cemerlang
Karya : Karma Laraspatie Semua yang kembali adalah tentang dirimu "Cerita manis hidupku" Awal yang sempat kulupakan saat terhibur oleh padatnya kalimat puisi yang memenuhi otak dan aliran darahku!
Karya : Jon Blitar Sebelum cahaya meranum Sebotol anggur melacur Ini otak sudah merancap Disumpahi nikmat
Karya : Jon Blitar Selaksa doa mengalir harap Di ruas belimbing Rosario bergumam Khusyuk
Karya : Jon Blitar Di ujung lelap, dalam kesakitan penebus dosa. Iring-iringan salawatan memangku tidurku. Lalu, bersama awan dihantarkannya aku pada sehelai kapas putih nan suci.
Karya : Jon Sepagi tadi aku masih berpikir Tentang aku yang terlahir di retakan aspal Besar dan berlari dari trotoar ke peron
Karya : Jon Blitar Ada yang kulupa... Semenjak aku bisa berjalan dan berlari sesuka hati Begitu terampil menyimpul tali sepatu Pandai membaca dan menulis
Karya : Jon Blitar Bukan inginku mengawin ingin Atas kuasa angka-angka ode milikmu Aku terdampar di pemukiman kurcaci Kuterima di antaramu penghantar tempat
Karya : Jon Blitar Kita adalah sekawan yang terlahir dari bibit-bibit kosong. Memulung kata demi kata di tanah sastra, mencari arti dan makna di seluas dada samudra. Mengoyak jati diri, siapa kita setelah mati ditindih nisan
Karya : Fitri Niswani Adakah wiski yang ikut berdansa menemani sebatang angan? Aku ingin itu, segala kelam terus menikam di setiap napasku. Setidaknya aku bisa menikmati musik-musik erotis di hitam dadaku.