Masih menari di pelupuk mata
Sepasang tangan kokoh memanggulku dengan ledakan tawa khasnya
Dan aku terguncang di atas bahunya
Kisah sepanjang dermaga di pelabuhan borneo itu masih tergambar jelas di sudut kenangku
Nok...
Panggilmu
Entah, terasa nyaman di hatiku ketika kau memanggilku begitu
Ada aliran-aliran jernih meluapkan segala emosi, cukup untuk membuatku berlari memelukmu dan bergelayut manja di pangkuanmu
Kudengar ada getar tertahan pada suara khasmu
Kulihat ada yang mengalir pada sepasang mata teduhmu
Namun, senyummu mengembang serupa matahari yang menghangatkanku
Dan aku hanya tertawa nakal memainkan kumis tipismu
Lalu kau genggam tangan kecilku dengan erat
Sambil berbisik, "nok kita pulang ya..."
Kujajari langkah panjang dari kedua kakimu yang tak pernah goyah menapaki kehidupan
Berlari-lari aku mengimbangimu, bahagia seketika mengisi rongga dada sempitku
Waktu berlalu membawa alunan nada dan ritme-ritme baru
Bagiku jejak kisahmu di sepanjang pelabuhan borneo adalah simfoni terbaik
Memacu debar di jiwaku, memompa nadi dan menyesak di sana
Lelaki kokoh dengan sepasang mata teduhnya itu adalah sumber kehidupanku
Lelaki pertama yang mampu membuatku jatuh merindu, air mata tak pernah mengering untuknya
Di sela segala keangkuhanku masih kupanggil namamu diam-diam
"Bapak, aku rindu..."
Batam, 16 Agustus 2019.
16:43
Komentar
Posting Komentar