Aku rindu kita yang dulu. Kala air mata diseduh bersama, ketika nestapa kita tertawakan sepanjang malam. Bahagia dalam genggam, meski hanya tidur di gubuk lapuk beratap harapan.
Semestinya aku pandai membaca cuaca. Bahwa senja ialah penanda gelap hendak bertandang. Nyatanya mata ini terpejam, saat malam merenggutmu dari dekap, mengaburkan jalan pulang.
"Kau tak lagi kuingini."
Kalimat yang membuatku tergeragap. Setelah gubuk jadi istana, cintamu sirna. Ah!
Sungguh, aku rindu pada kita yang dulu.
Sidoarjo, 26 Maret 2020.
Komentar
Posting Komentar